MENGENAL LEBIH DALAM SOSOK PENGARANG AYAT-AYAT CINTA
Pontianak - elMabda -
Siapa diantara anda yang tidak mengenal tokoh satu ini. Jika mendengar Ayat-ayat Cinta? Apa yang terlintas di benak anda? Fahri atau Aisha? Jika iya, lantas siapa aktor pengarang cerita kisah romansa tersebut? Mungkin dirasa sudah tidak asing lagi di telinga anda.
Siapa diantara anda yang tidak mengenal tokoh satu ini. Jika mendengar Ayat-ayat Cinta? Apa yang terlintas di benak anda? Fahri atau Aisha? Jika iya, lantas siapa aktor pengarang cerita kisah romansa tersebut? Mungkin dirasa sudah tidak asing lagi di telinga anda.
Dialah Habiburrahman el-Shirazy, atau yang
familiar disapa dengan Kang Abik. Pria kelahiran Semarang, jawa tengah, tiga puluh delapan tahun silam ini
merupakan novelis nomor 1 indonesia, yang dinobatkan oleh akademisi Universitas Diponegoro.
Selain novelis, Sarjana Universitas al-azhar, Kairo, Mesir ini juga dikenal sebagai sutradara, da’i, dan penyair. Karya-karyanya telah menyebar ke berbagai belahan dunia, seperti Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Hongkong, Taiwan dan Australia, bahkan sampai ke beberapa negara di benua biru, Eropa.
Novel-novel fiksinya dinilai dapat membangun jiwa dan menumbuhkan semangat untuk menjadi insan yang berguna dan memiliki keseimbangan kecerdasan emosional, intelektual, maupun spiritual. Diantara sekian banyak hasil jerih penanya yang telah beredar di pasaran adalah Ayat-ayat Cinta (2004), Di Atas Sajadah Cinta, Pudarnya Pesona Cleopatra, Ketika Cinta Bertasbih, Dalam Mihrab Cinta, Bumi Cinta, dan Cinta Suci Zahrana.
Kini, ia membuat sebuah novel sejarah diluar konteks percintaan, berjudul “Api Tauhid", yang mengangkat kisah perjuangan seorang ulama asal Turki bernama Said Nursi di masa perang dunia pertama, dan menceritakan bagaimana Said Nursi juga terlibat dalam perang terbesar sepanjang sejarah tersebut, disamping jejak-rekam sang ulama di kancah perpolitikan internasional, pasca runtuhnya Khilafah Utsmaniyah atau yang dikenal dengan dinasti Turki Usmani pada tahun 1924.
Ketika ditanyai dalam sebuah wawancara eksklusif di
salah satu ruangan di kampus Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak pada
hari selasa (07/10/14), da’i berkacamata ini bercerita bagaimana dirinya mengembangkan
kemampuan menulis dan intelektualitasnya di Fakultas Ushuluddin, Jurusan Hadist
Universitas al-Azhar, Kairo dan selesai
pada tahun 1999. Namun jangan dikira, perjuangannya hingga menjadi penulis
besar hingga saat ini tidak bisa dianggap mudah. Banyak hambatan dan rintangan
yang ia hadapi dalam menelurkan karya-karya sastra, terutama dalam mengatasi
kendala yang muncul dari diri sendiri.
“Tantangan terbesar seorang penulis adalah dirinya
sendiri; yang berpikir, mengeluarkan ide, kemudian menemukan titik masalah
sendiri, serta harus memecahkannya sendiri. Bagi anda yang ingin menjadi
penulis, maka anda harus bisa mengalahkan diri anda sendiri!”, ujar Kang Abik.
Seniman dan pendakwah yang tinggal di Kota
Salatiga ini, awal mula dikenal ketika ia merilis novel Ayat-ayat Cinta pada
tahun 2004, yang meledak-laris dipasaran mencapai 100.000 eksemplar untuk cetakan
pertama. Tak lama berselang, kemudian menjelma ke dunia perfilman dan
membawanya ke industri visual yang ditonton jutaan pasang mata di berbagai
belahan dunia. Soal omset, jangan ditanya, pria dua anak ini meraih omset
milyaran rupiah, dan belum termasuk royalti buku-bukunya yang lain, beserta
beberapa judul film serial yang digarapnya bersama Production House ternama, dan sebentar lagi dirinya akan meluncurkan film Ayat-ayat Cinta jilid II, yang direncanakan hadir ditengah-tengah publik pada akhir desember atau awal januari tahun 2015 mendatang.
Meski sudah melanglang buana ke berbagai negara,
sastrawan ini tetap membumi. Dan dirinya mengaku, masih menyimpan cita-cita
yang belum tercapai hingga detik ini, diantaranya menghasilkan karya sedikitnya
seribu buku yang bisa diharapkan bisa menginspirasi lebih banyak orang, sembari
beramal dalam dakwah lewat goresan pena.
“Banyak sekali cita-cita saya yang belum kesampaian. Saya punya cita-cita
besar, saya ingin menulis seribu karya insya-Allah, saya mengharapkan taufik
dari Allah SWT,” tutupnya. (Ip)
Post a Comment