BEKERJA, BERUSAHA BERDASAR SIFAT ALAMI

elMabda -  Ini sebetulnya bukan tulisan baru, pengetahuan baru. Ini adalah hasil petualangan saya selama menjadi peserta MMBC VII di Jogja kemarin. Saya akan membagi potongan-potongan informasi dari Pak Mardigu WP yang saya peroleh dari komunikasi verbal, bahasa audio-visual, maupun tulisan-tulisannya. Saya hanya mengikhtisari sedikit. Perlahan menurunkan ke bahasa yang lebih sederhana, karena sebagaimana kita tahu, grade atau level berpikir beliau sudah mencapai high thinker. Dalam bahasa tasawuf, khususnya dibidang bisnis – perdagangan, saya menyebutnya Laduni Ekonomi. Tahap makrifat sudah.

Salah satu yang masih melekat dalam otak saya (semoga bisa saya amalkan), adalah tentang bagaimana kita menjadi diri sendiri, entah giat apapun yang kita lakukan. Kemudian ia tercetak menjadi servo mechanism, melahirkan belief system, baru terbentuk nasib. Materi ini juga dimuat dalam bukunya yang berjudul “Tajir Melintir”. Isinya kira-kira begini:

Seringkali kita mendapati sebagian orang yang latah dalam berbisnis. Dengan kata lain, ia mengerjakan sesuatu yang bukan bagian dari sifat alaminya. Misal seorang penambang, lulusan teknik, pribadi tertutup, mau mencoba bisnis MLM, networking. Bukan berarti tidak bisa dan tidak boleh, namun hasil jaminan mutu sangat kecil didapat, karena bukan berdasar bawaan pribadi.

Contoh beda kasus, misalnya seseorang tidak terbiasa melakukan kerja otot, berat, menukar uang dengan tulang, kemudian memaksakan diri untuk terjun ke duna itu, sekali lagi, bukan tidak bisa dan tidak boleh, akan tetapi presentase kegagalannya lebih besar ketimbang peluangnya untuk berhasil.

Mengapa bisa begitu?

Itu disebabkan program (servo), belief system, kinerja otak telah terpola dari kebiasaan-kebiasaan
dimasa lalu, yang melahirkan karakter. Selain itu, sifat alami dalam diri juga tidak bisa di-nol-persenkan. Orang yang akrab dengan dunia digital, IT, tiba-tiba dibawa ke hutan tanpa akses internet, dipaksa bekerja seperti penduduk tempatan, maka otaknya bisa keram, stress berat, hingga penyakit pun berdatangan.

Apakah bisa dipaksakan? Berlatih terus? Belajar terus?

Tentu saja bisa. Tapi sekali lagi. Itu bukan bawaan aslinya. Juga berlaku sebaliknya. Jika warga kampung atau generasi old kita paksakan bekerja berdasar gadget minded, maka ototnya bisa kram, sistem tubuhnya rusak, kacau, meskipun akhirnya bisa mengikuti, hasilnya tetap tidak akan maksimal. Bukan sifat alaminya begitu.

Pemahaman seperti ini sangat penting, agar kita bisa tahu dimana letak kesalahan kita selama ini. Penghasilan besar tapi hidup stagnan, penghasilan pas-pasan tapi bisa mengatasi kesulitan hidup. Banyak cerita pengusaha bangkrut, tidak sedikit kisah karyawan yang berjaya. Semua adalah soal manajerial keuangan, dan keringanan melakukan pekerjaan sesuai dengan karakter pribadinya. Tidak dibuat-buat. Tidak dipaksakan.

Lalu bagaimana solusinya, jika kita seorang pengusaha/karyawan yang ingin terjun ke dunia bisnis, merasa tertarik untuk masuk ke sektor perkebunan, namun tak memiliki sifat alami layaknya orang kampung yang notabene sudah terbiasa bekerja di hutan?

Jawabnya adalah KOLABORASI.

Materi tentang kolaborasi akan dilanjutkan setelah sesi pemahaman BEKERJA DENGAN SIFAT ALAMI ini.

*Penulis merupakan mahasiswa pascasarjana yang berpengalaman puluhan tahun di dunia bisnis. Usaha yang digeluti penulis umumnya hanya bisnis ‘kue-kue’ kecil namun berumur panjang. 





No comments

silahkan bergabung di sini..berbagi ilmu secara sopan dan penuh keakraban..