BANYAK NEGARA GAGAL DI TIMUR TENGAH, INDONESIA MENYUSUL?

image source : google
Yogyakarta, elmabda - Belum lama ini Ketua Umum Gerindra Prabowo Subiyanto menggulirkan pernyataan bahwa NKRI diprediksi bubar tahun 2030. Kalimat yang dilontarkan Prabowo didasari sebuah novel karangan P.W. Singer dan August Cole yang berjudul "Ghost Fleet", yang menceritakan peperangan jangka panjang bersambung penjajahan ekstra ke negara benua ketiga, khususnya Indonesia.

Statement kontroversial ini memicu keributan di jagat publik. Pro dan kontra pun tak dapat dihindari. Warganet terpecah menjadi dua kubu, meski sebagian diantaranya memilih bersikap netral. Sebagai negara mayoritas muslim, Indonesia dinilai memiliki kedaulatan yang lemah. Terindikasi dari kian membengkaknya hutang mencapai 4700 triliun rupiah (sesungguhnya 7000 T), atau jika dituliskan dengan benar Rp7.000.000.000.000,-, sebagaimana dilaporkan Indef.

Bergeser ke Timur Tengah, para pengamat mengaku merasa khawatir jika status stateless atau negara gagal turut disandang bumi pertiwi. Perpecahan dan permusuhan menjadi tolok ukur utamanya. Fakta ketergagalan beberapa negara timur tengah digambarkan oleh Ibnu Burdah sangat carut marut, kacau balau, cenderung menuju kehancuran. Amerika-Israel, Rusia, Iran, terus bersengketa, membuat persoalan semakin kompleks.

"Kesan yang saya dapatkan selama meneliti dan berkunjung ke timur tengah adalah ribut yang tak berkesudahan. Banyak fraksi di tubuh muslimin, ditambah permainan aktor-aktor kawasan, kendati usaha perdamaian sudah dilakukan namun belum membuahkan hasil," terang doktor yang konsen mengamati dunia timteng.

Hal tak kalah mengkhawatirkan diuraikan oleh jurnalis senior, Trias Kuncahyono, menyoroti kondisi timur tengah tujuh tahun setelah arab spring 2011, dari sisi perubahan politik dan kondisi geopolitik. Misalnya pilpres mesir melibatkan pertarungan dua partai yang tak seimbang. Renaisans arab terbilang gagal karena kekuasaan kembali jatuh pada militer; As-Sisi.

“Isu yang berkembang kini terkait perang saudara di suriah yang tak kunjung selesai. Libya juga tak terbentuk sampai sekarang. Yaman tarung kelompok. Ekonomi kacau balau. Logistik tersendat. Di Saudi, rakyat menuntut reformasi. Disisi lain, Arab Saudi mencari cara baru agar bisa bertahan, setelah menyadari tidak bisa hanya mengandalkan minyak.”, ungkapnya.

Lanjut Trias, politik keluarga kerajaan yang agamanya wahabi dinilai terlalu kaku, sementara pengaruh globalisasi tidak bisa dibendung. Masyarakat arab menginginkan perubahan. 

“Kekuatan wahabi tidak bisa diandalkan lagi”, papar wartawan yang telah malang-melintang ke negeri-negeri arab.

Isu-isu menarik Timur Tengah disimpul secara menarik oleh Noorhaidi Hasan. Dirinya menyayangkan gerakan-gerakan radikal tumbuh cukup mekar disana. Padahal beberapa negara seperti Tunisia, telah tampak terbuka dengan perbedaan, dan terlihat cair dalam berideologi.

“berbagai warna kulit, suku, ras, keyakinan bersatu membentuk sebuah institusi yang menerima heterogenitas,” ulasnya.

Alhasil, ketiga ahli di bidang Kajian Timur Tengah (KTT) berharap apa yang disampaikan Pak Prabowo tidak menjadi kenyataan, mengingat sebagian rakyat Indonesia malah mengimpor bagan-bagan pemikiran timteng yang justru berpotensi menimbulkan kekacauan serupa.

“Apa yang saya lihat di media sosial, saya mengamati rakyat Indonesia gemar ancam-mengancam. Polarisasi politik juga terlihat cukup membosankan. Kita berharap kemungkinan terburuk tidak menimpa Indonesia,” tutupnya.

(Danyputra) 

No comments

silahkan bergabung di sini..berbagi ilmu secara sopan dan penuh keakraban..